Bundacerdas

Foto saya
Bundacerdas yang berhasil peroleh tambahan penghasilan demi buah hati

bisnis sambil ngantor dengan modal awal Rp 49.900,-

Sabtu, 02 Maret 2013

parenting #3 minat dan bakat anak

Alhamdulillah...tanggal 2 maret 2013 kembali menghadiri parenting @galenia.
Temanya: Temuan minat danbakat anak sejak dini
Pembicara: bunda evie (psikolog)

Awalnya bulan Februari, anak-anak galenia melakukan finger print.
Walopun hasil dari finger print ini belum di akui akurat 100%, gak ada salahnya ya menyimak dari usia dini.

Parenting kali ini membahas poin-poin yang ada di finger print.


Psikolognya menyampaikan bahwa lebih baik, anak usia SMP sudah BISA memiliki keinginan kuat akan jadi apa dirinya nanti.

Sehingga saat di SMA , anak BISA fokus untuk masuk bidang IPA atau IPS atau Bahasa.

Sekarang ini cenderung, anak SMA bahkan tidak tau proses dia untuk mewujudkan akan jadi apa kelak.

Yang ada dipikiran rata-rata anak SMA hanya gimana caranya punya gadget teranyar yang canggih, punya motor baru, bisa jalan-jalan ke mal, punya branded ini-itu yang semuanya mengarah ke materialistis.

Contoh:
Anak A pengen kerja masuk di ITB dan bercita-cita ke freeport.
Tapi ...nilai matematika dan fisikanya di bawah standar.

Anak B dari luar kota mau masuk SMA favorit di bandung , pengen masuk kedokteran Unpad katanya.
karena di kampungnya belum ada yg jadi dokter.
Tapi saat psikolog ini berkata: "duch saya sakit perut perih, kenapa ya?"
Anak B: " kenapa ya bu...ooooh itu mah karena ibu lapar aja tuh!!!"
Menjawab sekenanya saja tanpa ada empati bahwa naluri dia nanti akan menjadi dokter.
Menurut psikolog ini, semestinya anak B menjawab sesuai ilmu biologi.
"Sakit perut perih bisa disebabkan karena stres yang menimbulkan maag aibat asam lambungnya tinggi."

Fenomena yang terjadi di masyarakat...
Cita-cita atau profesi yang di NILAI hebat dan PINTAR adalah dokter atau insinyur (sarjana teknik)
Bidang lain...dipandang sebelah mata.
Orang tua akan bangga jika anaknya dokter, tanpa melihat dan menimak kemampuan otak dan nalar anak.

Sy punya contoh nyata.
Orang tua (ayah ibu) anak C dokter.
Mereka 3 bersodara.
2 kakak dari si anak C ini sudah memilih jalur ekonomi dan bekerja di Amerika.
Berhubung C anak bungsu, orangtua memaksakan dia untuk jadi dokter meneruskan profesi orangtuanya.
Sayang, kemampuan C menurut teman-teman dan dosen di kampus kedokterannya tidak ada sedikitpun ke bidang kedokteran.
C sering tidak fokus.
Akhirnya apa?...terakhir mendengar kabar C ini meninggal dunia karena over dosis.
Ironis ya...ortu dokter, anak meninggal karena obat terlarang.
Penyesalan hanya datang belakangan.

Fenomena lainnya:
banyak sekali orang yang bekerja tidak sesuai dengan bidang ilmu yang dipelajarinya selama masa sekolah dan kuliah.
Artinya...begitu banyak waktu yang dibuang untuk mencari ilmu yang tidak dipakainya dalam pekerjaan.
Sehingga saat memasuki dunia kerja yang bertolak belakang dari keilmuan atau title sarjananya, dia harus bekerja keras (kembali) untuk memperlajari ilmu baru di kantornya tersebut.

Bercermin pada diriku sendiri:
Alhamdulillah...bersyukur tiada henti atas kebaikan orangtuaku.
Sy bisa menilai diri saya dibandingkan adik bahwa saya ini tidak cerdas dibandingkan adik.
Kenapa? karena adik saya itu cukup membaca 1x buku pelajaran, ilmu yang dibacanya sudah nyangkut di otaknya.
kalo saya, harus RAJIN membaca buku yang sama sampai 3x baru ilmu tersebut nyangkut di otak saya.
Pernah saat masa SMP, sore hari saya rutinkan belajar.
Adik saya tiap sore bermain...hahahaha.
Tapi dengan rajinnya saya dan cerdasnya adik, prestasi kami tidak jauh berbeda.
buktinya, saya BISA masuk kelas klasifikasi #1 di SMPN 1 Balikpapan,berkumpul dengan orang-orang cerdas lainnya.

Di SMP inilah saya mulai memahami diri saya dan akan jadi apa saya kelak.
Jika dilihat dari mata pelajaran, susah payah saya belajar BIOLOGI.
Ibu sy yang dokter sampai turun tangan membantu saya menghafal biologi.
Mulai dari membelikan stabilo, membuat ringasan mapping bahan yang baru saja di baca, membaca bukunya dengan suara keras dengan harapan dapat direkam otak dengan cepat.
Namun hasilnya, tetap saja nilai biologi saya di bawah matematika...hahahahha.

Saya memang dari kecil bercita-cita jadi DOSEN.
Disebabkan melihat kegiatan IBU yang dokter dan juga dosen namun masih sempat mengurus saya dari mulai saya bangun pagi sampai terlelap, mengantarjemput saya dari dan ke sekolah, semua rutinitas saya dan adik selalu didampingi ibu.
Untuk jadi dokter, sejak SMP saya menyadari kekurangan saya.
memahami biologi saya tidak secepat saya memahami matematika dan fisika.

Ibu menghibur saya dengan mencontohkan ke almarhumah Etek Keni (zukeini effendi) yang menjadi dosen planologi ITB.
Ibu mencontohkan ke sosok Etek Keni bahwa jadi dosen itu tidak melulu identik dengan dosen+dokter seperti ibu, tapi BISA jadi dosen+insinyur.
Bahkan Etek pernah berkata: "masuk ekonomi atau hukum gak apa-apa. Asalkan saya suka, saya menyenangi ilmu yang saya ambil. Hasilkan karya yang terbaik dari tiap bidang ilmu yang diambil."

Syukur alhamdulillah...saya BISA meneruskan profesi yang sudah turun temurun dikeluarga kami yaitu pendidik.
jaman kakek+nenek dan uyut semuanya kepala sekolah alias guru.
Anak dan saya cucu mereka jadi DOSEN.
Semoga saja saya BISA mengantarkan MINAT shafa menjadi staf pengajar.
bidang ilmunya disesuaikan dengan minta dan bakat anak saya.

karena sekali lagi...
untuk saya, profesi dosen/guru TIDAK jadi alasan untuk TIDAK mengurus anak.

SALAM SUKSES teman-teman...
No.HP sy: 081370592603











Tidak ada komentar:

Posting Komentar