Bundacerdas

Foto saya
Bundacerdas yang berhasil peroleh tambahan penghasilan demi buah hati

bisnis sambil ngantor dengan modal awal Rp 49.900,-

Selasa, 18 Juni 2013

Kisah

Hanya berbagi pengalaman pribadi. Kita hidup di dunia bukan sendirian.
Ada orang lain entah itu sodara, ipar, bahkan orang yg belum dikenal sekalipun selalu menjadi pengamat & memberi komentar yg merasa dirinya lebih baik dari orang yg dikomentari.
Hidup itu selalu ada POSITIF & NEGATIF.
Ibarat di permainan basket saja, jika pun kita main sesuai aturan, tidak tertutup kemungkinan kita akan dijegal lawan.

Silahkan dibaca saja kisah-kisah sahabat berikut ini:

Teringat seorang sahabat (A) bercerita perihal pembedaan antara jalan masuk/keluar & lokasi parkir untuk kendaraan roda dua dan roda empat di salah satu instansi. Sahabatku ini sedikit kurang setuju. Karena letak parkir kendaraan roda dua yang jauh dari gedung kantor tempat rekannya bekerja. Belum lagi jika rekannya tersebut hendak menuju ruangan tertentu harus berjalan lagi dan menaiki tangga (di saat lift rusak). Sementara yang menggunakan roda empat dapat memparkirkan kendaraan tepat di area parkir gedung kantor. Menurutnya terjadi pengkotak-kotakkan status sosial antara pegawai yang bermobil dan pegawai yang bermotor. Penghargaan terhadap fasilitas lebih diberikan kepada mereka yang membawa kendaraan roda empat.


Lain lagi cerita sahabat (B) yang saya terima beritanya dari orang-orang yg suka mengamati kehidupan orang lain & berkomentar. Sahabat (B) awal mula masuk kerja menggunakan angkot. Bahkan pakaiannya pun sempat ditegur oleh rekannya karena dinilai kurang pantas untuk digunakan saat bekerja.
Akhirnya sahabat (B) menyesuaikan diri dengan kantor tempatnya bekerja. Sahabat (B) mulai menggunakan mobilnya & menggunakan pakaian yang menurut rekannya tersebut pantas. Sayangnya tidak semua orang menilai langkah sahabat (B) ini baik. Adaaaa saja omongan negatif yang digunjingkan orang.
Terdengar nyanyian negatif tersebut menilai sahabat (B) pamer kekayaan, tiap bentar gonta ganti mobil, tiap bentar berbaju baru ke kantor. Kalo memang sahabat (B) mampu, kenapa mesti berkomentar negatif ya...lebih baik diam saja.

Cerita sahabat (C) seorang anak orang dari keluarga terpandang di suatu daerah. Memang keluarga mereka dikenal orang kaya. Bahkan teringat saya mobil mercy keluaran terbaru (kata orang baby-benz...entahlah saya tidak mengikuti merk eropa tersebut) belum dimiliki orang lain di kota tersebut, mereka sudah punya. Ada seorang teman saya yg berpesan bahwa anak-anak dari keluarga orang kaya itu sombong.
Saya...seperti biasa...tidak terlalu memikirkan omongan orang yg nyampe di telinga, apalagi kalo omongan tersebut negatif. Sampai pada satu ketika saya dipertemukan dengan sahabat (C). Kami sempat 1 bangku di masa SMA. Bahkan sampai saat ini pun kami masih berkomunikasi. Pendapat negatif teman sebelumnya TIDAK terbukti. Sahabat (C) justru orang yg apa adanya. Sahabat (C) memang mampu membeli segala sesuatunya yg bermerk. Sahabat (C) memang mampu berjalan-jalan keluar negri ataupun tempat liburan terkenal di indonesia dengan mudah. Karena memang sahabat (C) ini mampu. Sahabat (C) mampu karena memang semua yg dimilikinya adalah hasil kerja keras dia & keluarga. Saya yang bukan dari keluarga kaya yaaa harus tau diri saja agar silaturahmi kami tetap berjalan baik sesuai porsi masing-masing.

Ada lagi cerita sahabat (D) seorang anak pejabat di suatu daerah. Banyak teman-teman yang segan mendekati & bicara ke sahabat (D). Maklum anak pati dibandingkan saya yg anak pamen yaaa jauh sekali bedanya antara dia di langit & saya di bumi. suatu kebanggaan & kebahagiaan tersendiri saat diundang kerumahnya untuk acara tahun baru atau bahkan sekadar main sepulang sekolah. Sampai saat ini saya masih berkomunikasi dengan sahabat (D). Bahkan tiap akhir pekan saya bisa melihatnya di televisi. Ada hal yang saya jadikan poin untuk kehidupan saya saat ini. Hobi atau kegemaran apapun itu asalkan positif, jika ditekuni, dijalankan dengan serius & baik, insya allah ke depannya akan bisa menghasilkan & menjadi modal untuk diri pribadi & bermanfaat untuk orang banyak. Terkadang terucap dalam hati ini betapa beruntungnya jadi sahabt (D). dia itu sama dengan sahabat (C), mampu pergi ke negri manapun di dunia ini dari duitnya sendiri, tapi sekarang malah dapat kerjaan yang membiayai perjalanannya travelling. intinya uang pribadinya masih bisa tersimpan & dia bisa jalan-jalan gratis karena kerjanya memang liputan travelling. seruuuu...seruuuu.

Cerita sahabat (E) dimasa saya masih umur sekolah dasar. Dia anak seorang pimpinan BUMN di suatu daerah. Kalo dilihat dari ekonomi keluarga, pastinya dia orang yang mampu secara finansial. Tapiii...ternyata ada ilmu yang diterapkan di rumah tersebut. yaitu jika sahabat (E) menginginkan sesuatu semisal membeli sepatu, dia harus bekerja terlebih dahulu. Berhubung masih sekolah dasar, kerjaanya gak sulit. hanya menyusun baju yang sudah disetrika ke dalam lemari masing-masing pemilik baju. tiap helai baju ada nilai rupiahnya. dalam 1 minggu dia bisa membeli sepatu yang diimpikannya. seruuu juga yaaa. anak pejabat yang TIDAK dibiasakan minta-minta ke orangtua jika menginginkan sesuatu.

Ini hanya 5 dari kisah sahabat yang saya tuliskan.
Mohon jangan di baca dengan hati iri dengki.
Keluarkan sisi positif kemanusiaan diri pribadi.

Tidak semua yang diceritakan pribadi manusia bersifat menyombong.
Harus kita lihat siapa yang berbicara.
Kalo X biasa makan siang Rp100.000,-/porsi & Y biasa makan siang Rp20.000,-/porsi;
bukan berarti X sombong & bukan berarti Y melarat.
Hanya kebiasaan menjalani hidup dalam menikmati hasil kerja masing-masing bagi X dan Y.
Jika ingin seperti X, lihat lagi hal apa yg dikerjakan X sehingga dia BISA berprestasi.
Ada kesempatan untuk Y jika ingin keluar dari zona nyaman & hidup seperti X.
Tapi kalo Y memilih tetap di zonanya saat ini, biarkan waktu yang berbicara.
Biarkan alam yang menyeleksi.
Kenapa?
Biasanya orang akan mengubah pola pikir jika sudah BUTUH duit.

Salam sukses untuk teman-teman semuanya.
Mohon maaf sekali lagi ini hanya berbagi pengalaman hidup apa adanya tanpa bermaksud menggurui.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar