Bundacerdas

Foto saya
Bundacerdas yang berhasil peroleh tambahan penghasilan demi buah hati

bisnis sambil ngantor dengan modal awal Rp 49.900,-

Selasa, 18 Agustus 2015

ayahku...Opaku...pahlawanku

Semangat pagiiiii...
Kali ini Tia ingin menuliskan perjalanan kehidupan seorang ayah yang alhamdulillah sampai detik ini masih berperan sebagai Pahlawan bagi keluarga.
Ayah dari dua orang anak perempuan.
Suami yang tekun merawat istri yang hampir 6 tahun ini menderita stroke.
Opa yang sayang banget ke cucu semata wayang.

Perjalanan kehidupan pribadiku, sudah pasti tidak seindah cerita dongeng.
Menikah dengan seorang perwira TNI yang berlatar belakang anak bintara TNI.
Mendapat restu dari seorang ayah yang perwira TNI juga dan ikhlas berbesan dengan bintara TNI.
Untuk teman-teman ketahui, ada hubungan hirarkhi di keluarga TNI.
Dan sungguh keikhlasan yang luar biasa hebat bagi seorang perwira mau berbesan dengan seorang bintara.
Sudah selayaknya dan sepatutnyalah menantu yang direstui ini berbakti pada mertua dan orangtuanya sendiri.
Tidak sedikit perjuangan ayah kami untuk menolong menantunya yang satu ini.
Bukan hanya dari sisi rupiah, bahkan ayahanda sampai mencari cara untuk menolong menantu agar bisa lulus Sesko TNI setelah sempat gagal tes ditahun sebelumnya.
Sekolah komando (sesko) yang menjadi kebanggaan jika anda seorang perwira TNI.
Sekolah yang menaikkan derajat kepandaian, kepintaran, kelas pergaulan perwira TNI yang bisa membuka peluang untuk berkarir lebih cemerlang.
Sayang... sangat disayangkan, pertolongan itu tidak sepenuhnya dibalas dengan kebaikan sikap.
Iya,... ternyata menantu yang diharapkan bisa menjaga keluarga besar ini,
menantu yang diharapkan bisa menenangkan hati dan pikiran untuk masa tua ayahanda kami,
justru berbalik menjadi penyebab beban pikiran ayahanda.

Andai ibundaku sehat, mungkin ayahanda bisa berbagi keluh dan kesah pada ibunda.
Tapi kondisi kami tidak se-istimewa itu.
Ayah yang merasa terkhianati hatinya...
Melihat cucunya tidak dirawat, tidak dinafkahi, tidak disayang oleh menantunya...
Melihat anaknya yang seorang diri berjuang dan berperan ganda sebagai ibu dan pencari nafkah keluarga kecilnya...
sungguh... itu pasti beban pikiran yang tidak membuat tenang seseorang yang sudah di masa pensiun.
Dan ayahanda termasuk satu dari sekian banyak orang yang merasa kecewa dengan sikap menantu.
Di depan ayahanda , mantu ini begitu baik dan santunnya.
Sampai pada suatu ketika dia mengakui bahwa dia narkoba.
Dia merasa benar sudah memilih jalan keluar dengan narkoba.
Karena dia merasa tidak sanggup mendidik istri yaitu saya.
Sangat disayangkan, seorang perwira tidak mampu mendidik istri yang berpendidikan juga.
Sangat disayangkan, seorang perwira kalah gengsi untuk mendidik istri yang alhamdulillah lebih rajin beribadah dibandingkan dirinya yang sering lalai dalam shalat lima waktu.

Ayahanda pernah berucap:"teman-teman ayah, di usia tuanya sekarang, justru sudah dilayani oleh menantu. bahkan ada yang sudah dibelikan rumah oleh menantunya. yang ini kok malah ninggalin beban untuk ayah."
Kami coba untuk ikhlas...
Mudah diucapkan, tapi butuh proses yang tidak ringan untuk dikerjakan.
Dan ayahanda kami ini paling khawatir jika kami tidak memiliki uang.
Padahal saya pegawai negri loh, yang jelas banget akan peroleh gaji bulanan.
Dan saya juga punya bisnis MLM oriflame.

Tapi begitulah sikap seorang ayah pada anaknya.
Begitulah sikap seorang Opa pada cucunya.
Beliau tidak mau melihat kami menderita perihal uang.
Sungguh,... terkadang ucapan yang secara realita tidak masuk akal.
Tapi ada yang menyebutkan, ucapan adalah doa.
Dari saya kecil ayah selalu berkata:"soal uang jangan khawatir. jangan merasa tidak ada uang trus berhenti sekolah. uang bisa dicari."
Alhamdulillah...
sedari kecil diajarkan hidup hemat...
sedari kecil diajarkan hidup pas-pasan ala PNS.
Sehingga saat uang itu hadir lebih dari cukup, sangat lebih dari cukup, kami tidak gelap mata dan kalap untuk membelanjakan uang ke kebutuhan tersier menurut kami.

Masih ada cita-cita ayahanda yang belum saya wujudkan.
Perihal rumah tangga saya yang karam , karena secara Islam , saya sudah bisa ajukan gugatan cerai, sudah saya diskusikan juga rencana saya dengan ayahanda.
Perihal cucu yang tidak ditengokayah kandungnya, yang tidak dihubungi ayah kandungnya, yang terkadang muncul rasa kasihan opa kepada cucunya , sudah saya diskusikan dengan ayahanda.

Proses kehidupan ini patut disyukuri.
Dengan segala ujian yang diberi Allah SWT, yakin akan menaikkan kelas kami sebagai manusia.
Jangan bersedih atau merasa kasihan pada seorang anak yang tidak dikunjungi oleh bapak kandungnya yang selalu beralasan SIBUK kerja,...bukan...bukan anak ini yang perlu dikasihani.
Karena anak solehah ini masih memiliki banyak panutan sosok lelaki atau bapak atau kakek yang bisa dijadikan teladan, walopun itu bukan dari ayahkandungnya.
Tapi yang perlu dikasihani adalah seorang bapak yang mensia-siakan anak kandungnya.
Mungkin sekarang dia sehat dan bisa beralasan sibuk kerja.
Tapi lihatlah banyak contoh orangtua yang mengemis minta belas kasih anak yang saat kecil ditelantarkannya dan kini anak tersebut sukses dunia akhirat, insha allah.

Sungguh berat beban ayahanda kami.
Sungguh berat beban opa kami.
Tapi insha allah beban ini ujian kehidupan yang semoga menambah amal ibadah kami menuju pintu surga-Nya.
Yakin dan percaya, Maha Pemberi ujian kehidupan ini sedang menilai lulus atau tidaknya kami menjalani ujian kehidupan.
Bismillah...
Allah SWT Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Mohon bantuan doa dari teman-teman yang membaca ini untuk kesehatan kedua orang tua kami.
Untuk kesehatan opa cut dan oma teti.
aamiin.

Bandung, 19 Agustus 2015
Terima kasih untuk ayahku...opanya Shafa...pahlawan kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar