Bundacerdas

Foto saya
Bundacerdas yang berhasil peroleh tambahan penghasilan demi buah hati

bisnis sambil ngantor dengan modal awal Rp 49.900,-

Senin, 24 Agustus 2015

Menjelang ulang tahun Fa_27 Agustus 2015 (part 1)

Semangat pagiiii.....
Hari ini, Bandung, Selasa, tanggal 25 Agustus 2015.
Entah kenapa, sepanjang Senin kemarin menulis slip di dua bank pake tanggal 25.
Dan bunda menuliskan pagi ini,untuk menjadi teman dalam perjalanan Fa kelak jika sudah bisa membaca.
Saat tulisan ini dibuat, masih jam 5 pagi, sudah shalat subuh, tapi shafa masih tidur.
Maafin bunda ya,tadi malam gak nemenin Shafa gosok gigi setelah selesai film yang mau shafa tonton di NET tv. Iya,bunda ngantuk banget karena perjalanan senin kita ini dari cibubur sudah sejak subuh dan beraktivitas senin yang lumayan padat di bandung. eits, tapi sudah bunda siapin ya pasta gigi dan sikatnya...hihi.

Menjelang 5 tahun usia Shafa.
Menjelang 5 tahun Tia dipanggil bunda Tia oleh Fa.
Sungguh karunia dari Allah ini luar biasa.
Gak kebayang seorang Tia, bisa mendampingi sampai 5 tahun semoga terus berlanjut sampai kelak shafa dewasa ya Nak.

Lima tahun yang lalu, menggendong bayi saja bunda tidak pernah.
Sampai suster di rumah sakit mengajarkan cara menggengong.
Diajarkan posisi bayi menyusui.
Diajarkan memandikan bayi.
IyaNak, bunda diajarkan dan bunda belajar.
Sewaktu shafa masih di perut bunda, kondisi oma teti sudah sakit, Nak.
Oma Teti masih makan dan minum pake selang.
Tapi Oma Teti semangat untuk terapi.
Shafa di dalam perut nemanin Oma Teti terapi yang dianter sama Oma Tuta (kakaknya Opa Cut) dan Opa Cut.
Bahkan Oma Teti dan Opa Cut plus Mak Encih yang mengantarkan bunda ke rumah sakit untuk melahirkan Shafa.
Perjalanan hidup kita berat jika dipikirkan.
Tapi bunda gak mau mikirin berat atau ringannnya, yang penting dijalani saja.
Yang penting tetap ikhlas supaya tetap enjoy menjalani tiap tahap kehidupan.

Dulu waktu shafa diperut, keluarga dari Gang Swadaya, meminta diadakan syukuran 4 bulanan dan 7 bulanan layaknya tradisi Sunda.
Bunda tidak menjalankan karena Shafa dan bunda mengikuti tradisi minangkabau.
Di minang, gak ada tradisi 4 bulanan dan 7 bulanan.
Dan bunda memikirkan perasaan Oma dan Opa Cut.
Pasti Oma Teti pengen berperan juga untuk membantu tapi apa daya fisik tidak mendukung.
Bunda gak mau Oma Teti dan Opa Cut bersedih karena gak bisa bantu bunda layaknya kakek nenek yang membantu anaknya yg sedang hamil.
AB waktu itu mendukung saja pilihan bunda karena sebenarnya dia gak punya biaya untuk mengadakan syukuran yg itu adalah tradisi Sundanya dia.

Pilihan bunda apa?
Karena bunda hanya sendirian dan ditemani shafa di dalam perut,
Waktu itu bunda diingatkan teman untuk mengkhatamkan Al-Quran.
Tiap selesai shalat 5 waktu yang alhamdulillah gak pernah telat bunda kerjakan, bunda selalu melantunkan ayat suci Al-Quran dan bunda ajak shafa untuk ikut.walopun shafa masih di dalam perut.
Doa bunda, anak bunda jadi anak solehah yang takut hanya kepada Allah SWT.
Alhamdulillah... bunda bisa Khatam, Nak.
Al-Quran itupun masih bunda simpan sampai hari ini.

Shafa, ...
maafin bunda ya , karena shafa pernah tantrum 3 tahun yll akibat kondisi psikis bunda yang labil karena hubungan bunda dengan AB.
Masih jelas diingatkan bunda bagaimana shafa kecil yang belum mengeluarkan rasa dihati dalam rangkaian kata.
Sebelumnya kita sudah ke psikolog di sekolah Shafa.
Kita lanjut lagi ke psikolog di Cibubur yg dianter Mamel.
Disitu bunda diingatkan sekali lagi, bahwa bunda harus menguasai hati bunda dengan baik.
Karena kalo bunda panik, marah, atau kesal mungkin karena sikap AB, semua itu berpengaruh ke Shafa.
Kegundahan bunda bisa dirasakan oleh Shafa.
Untuk itulah, bunda pada akhirnya memutuskan menyelamatkan Shafa.
Shafa gak mau balik ke bandung dan lebih senang bermain di kota wisata pun , bunda turuti.
Sampai pada akhirnya bulan ke-tiga, shafa minta ikut ke bandung.
Selama shafa di kota wisata, mana ada AB menengok Shafa.
Alasannya selalu sama: SIBUK kerja.

Tapi sejak shafa berkeinginan sendiri untuk ikut ke bandung, shafa berubah menjadi shafa yang semakin percaya diri.
Alhamdulillah,itu yangbisa bunda liat.
Shafa gak marah atau cemburu jika melihat teman dan ayahnya bermain.
Shafa justru langsung memeluk bunda seolah-olah mengatakan: "shafa gpp kok bun."
Dengan sinar mata Fa yang benar-benar tulus.
Dalam hati bunda berkata,..."anakku jadi lebih bijaksana dibanding diriku yang was-was."

Shafa...
Terima kasih ya, sudah berkenan menjadi anak bunda Tia.
Maafkan bunda jika kondisi kita tidak sempurna.
Jika Shafa lahir dengan kondisi AB yang memilih SIBUK tanpa ada komunikasi dengan Fa.

Shafa...
Terima kasih ya Nak, mau kembali daycare. (terima kasih Bunda-bunda Galenia spesial bun Hilmi dan bun Ovie yang mengikuti tumbuh kembang Fa sehari-hari).
Terima kasih ya Nak, walopun masih terlalu kecil untuk memahami, tapi minimal shafa tau jika bundanya selama Shafa di sekolah, bunda mencari rezeki untuk bisa menyekolahkan Shafa.
Terima kasih ya Nak, sudah bisa diajak diskusi.
Jika ada keinginan Fa membeli mainan tapi bunda belum punya uangnya, shafa tidak merengek seperti layaknya anak kecil.
Shafa akan dengan sabar menunggu bunda mewujudkan perkataan bunda membeli mainan yang shafa impikan.
Alhamdulillah... semua karena support dan bukungan opa Cut dan Oma Teti serta Mamel yang mau menjadi teman bermain Shafa.
Bahkan Shafa punya cita-cita yang mulia untuk seperti mamel dan Oma Teti.
Shafa juga bisa berteman baik dengan anak-anak lelaki...alhamdulillah.

Jangan lupakan juga kita punya keluarga di Bandung.
Keluarga almarhumah Oma Keini (adik Oma Teti) yang mau kita repotin ini.
Ada om Shani, om Luthfan dan tante Echi, dan Opa Krishna.
Trus ada pak Lala, bik Ayi yang baik hati, dan bik Noneng.
Ada Inyiak Ted (sepupu Oma Teti) dan Nenek Endang di pondok ungu bekasi yang nemenin kita Umroh untuk pertama kalinya di januari 2015.
Iya... alhamdulillah, shafa masih muda pun, di usia 4 tahun sudah bisa melihat ka'Bah, Nak.
Semoga kelak dewasa bisa tiap tahun umroh ya.
Insha allah nanti hajinya bersama bunda ya sayang.
Bunda punya impian untuk kita berhaji sebagai bentuk syukur bunda mendampingi shafa.
Dan ada Opa An (adik Oma Teti) dan Oma Ucu di Samarinda yang sudah beberapa kali bertemu Shafa. Bahkan Oma Ucu membuatkan 3 boneka lucu hasil dari jahit tangannya Oma Ucu.

Gak punya ayah yang bisa meluangkan waktu untuk hadir di sisi Fa, jangan jadikan penghalang untuk memadamkan cita-cita Shafa menjadi dokter spesialis jantung.
Biarkan dia sendiri dengan keputusannya yang dirasa benar.
Kerja sibuk itu ada masa pensiunnya, Fa.
Ingat pesan yang ini:"kalo anak lupa waktu karena asyik bermain dengan temannya dan gak nelpon orantuanya untuk memberi kabar tiap sebentar, itu wajar. Tapi kalo ada orangtua yang lupa menelpon dan menanyakan kabar anaknya, itu tandanya orangtua yang kurang diajar!"
Sabar aja Nak, 17 tahun dari hari ini, insha allah shafa di usia 22 tahun, sudah di fakultas kedokteran yang shafa impikan.
Dan dia... sudah tidak lagi SIBUK kerja karena pensiun.
Sementara bunda, insha allah dengan doa kita berdua, bunda masih bisa berkarya dikampus UPI dan Oriflame untuk mensupport shafa meraih impian.

Terima kasih anandaku: Astia Nurshafa Ramadhani
Cahaya dari bukit Safa di bulan Ramadhan ( 17 Ramadhan 1431 Hijriah atau 27 Agustus 2010).
Bukit Safa' dan bukit Marwa sudah shafa kunjungi saat Tawaf di umroh januari 2015.
Doa bunda Tia memberi nama Shafa dikabulkan Allah SWT.
Allah SWT begitu besar sayangnya kepada Shafa.
Tetap solehah dan tetap menyayangi kami yang hadir ditiap tahap kehidupan Shafa ya.
Hilangkan kekecewaan hati Fa terhadap seseorang , mungkin ya, dengan terus berdoa dan berkarya untuk tunjukkan bahwa Shafa bisa mandiri tanpa dirinya. Dan shafa akan menyongsong kehidupan yang utuh jika masa kecil ini belum utuh sempurna menurut mata manusia...aamiin.

Catatan:
saat ini shafa tidak mau menyebut AB dengan panggilan ayah.
Karena merasa AB tidak pantas dan patut dipanggil ayah.
Yang terlalu sibuk tidak mengangkat HP saat di telpon dan anak ini menunggu balasan telpon dari beliau, tiada kunjung hadir.
Yang terlalu sibuk tidak merespon SMS.
Yang menolak saat shafa minta ditemani beli sepeda...hanya untuk ditemani ke toko bukan minta AB untuk membelikan sepeda.
Bahkan (maaf) memang salah saya sebagai bunda yang terlanjur bicara, bahwa AB ini tidak menafkahi shafa secara rutin, minimal untuk biaya sekolah.

Insha allah cerita ini apa adanya saya tulis, dari sisi seorang bunda tia.
Tanpa dibumbui.
dan tidak bermaksud menyindir atau merendahkan manusia yang lain.
Karena sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk sesama.
Kisah perjalanan kami, kekuatan DOA kami dan support dari semua pihak di lingkungan terdekat maupun jauh, membuat kami mampu bangkit dari keterpurukan.
Karena kami yakin dan percaya, semua ini terjadi hanya karena Kuasa Allah SWT.
Allah SWT yang memberikan ujian dan Allah SWT yang juga akan menaikkan derajat kita jika berhasil lulus ujian dengan baik, insha allah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar