Bundacerdas

Foto saya
Bundacerdas yang berhasil peroleh tambahan penghasilan demi buah hati

bisnis sambil ngantor dengan modal awal Rp 49.900,-

Minggu, 16 September 2012

Gender (masih adakah?) dalam dunia kerja wanita

Anda wanita?
Anda wanita karir (bekerja diluar rumah)?
Lingkungan kerja anda 70% lelaki?
Apakah anda masih merasakan ada sedikit saja ketidakseimbangan karena kewanitaan anda dalam berkarir?

Jika tidak, bersyukurlah.
Jika masih, maka bercermin, terima keadaan dan bersyukur sebagai wanita.

Saya tuliskan kali ini saat mengingat hasil obrolan bersama kolega pria dan wanita.
Masih ada beberapa anggapan atau pemikiran akan keengganan menerima karyawan baru yg berjenis kelamin wanita.
Kenapa?
Alasannya bermacam-macam:

Pertama, wanita yg sudah menikah akan menuruti perkataan suami. Dalam artian jika diminta suami untuk berhenti kerja, maka sebagai istri, wanita karir tersebut akan menuruti. Jika diminta suami untuk tidak melanjutkan study, maka wanita karir tersebut juga akan menuruti.

Kedua, wanita yg sudah menikah dan memiliki anak, akan ijin sejenak dari tugas yg sedang dijalankan untuk alasan  "menjemput anak" atau "anak sakit"

Ketiga, wanita secara kodratnya mengalami datang bulan alias haid yg tidak semuanya berjalan mulus, ada yang mengalami PMS sampai sakit dan tergolek lemas bahkan harus bedrest.

Keempat, wanita yg sudah menikah dan hamil, pasti akan mengambil jatah cuti melahirkan bahkan dilanjutkan dengan permasalahan antara mengatur jam kerja dan memberikan ASI eksklusif untuk bayinya.

Dari empat alasan di atas, apakah anda pernah mengalami?
Saya pernah untuk #2 dan #4.
Bahkan sampai detik inipun, sy termasuk bunda yg tidak bisa meninggalkan anak di pagi hari kemudian diserahkan begitu saja ke pengasuh tanpa menyiapkan anak saya terlebih dahulu.
Menyiapkannya dalam artian: saya memandikan anak, menyiapkan sarapan pagi sebagai makan pertama dia di hari itu, menyiapkan pakaiannya untuk selama bersama pengasuh dan selama saya di kantor, menyiapkan keuangan untuk bahan mentah yg akan diolah menjadi menu makanan anak di 1 hari itu.
Sayang sekali saya tidak bisa seperti bunda yg lain yg bisa bersiap memoles diri sementara anaknya dipegang pengasuh dari mulai melek mata sampai anak kembali tidur.
Solusi saya? saya mengatur waktu kerja sefleksible mungkin agar semua tetap bisa seimbang.
Saya tidak mau nantinya anak saya berucap seperti yg diucapkan dua artis di acara Hitam-Putih mengenai peran ibundanya.
Semoga saya bisa menjadi bunda yg hebat untuk anak saya.

Bagaimana dengan anda sesama wanita?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar