Bundacerdas

Foto saya
Bundacerdas yang berhasil peroleh tambahan penghasilan demi buah hati

bisnis sambil ngantor dengan modal awal Rp 49.900,-

Rabu, 04 Januari 2012

Pilihan Istri bekerja

Dulu waktu awal pernikahan, ada beberapaorang menyindir aku ketika tau suamiku seorang tentara.
"S2 tapi kok nyari tentara sih?"
"tentara walopun dari Akademi tapi titlenya kan sama dengan D3?"
"punya suami tentara itu gak enak, tau!!! duitnya pas-pasan. coba cari deh yang sesama magister juga sesuai dengan ilmu kamu."

Hadoooooh....!!!
Jodoh itu rahasia Ilahi. Dikasihnya tentara dari akademi ya disyukuri.
soal rezeki mah, aku percaya jika suamiku gak "cacat" karir, rezeki itu akan datang.
perlu dicatat, jenjang karir tentara sudah jelas. tanpa ini-itu seperti dosen yang mengumpulkan angka kumulatif, tentara mah sudah otomatis dalam jangka waktu tertentu akan naik pangkat dan rezekinya juga naik.
Syukur alhamdulillah sesuai dengan kesepakatan awal ketika menikah dengan aku (baca:istri) yang tetap bekerja, saat ini kami sudah bisa hidup yang layak.
Suatu ketika,...
suamiku mendapat jabatan jadi Komandan. Ini kali pertama menjabat.
Well,...otomatis di organisasi istri tentara aku jadi ketua rating.
hanya saja sehubungan dengan statusku yang "kuli" negara, aku tidak bisa meninggalkan kantor pertamaku terlalu lama untuk aktif berorganisasi.
Kemudian, untuk kali keduanya, suamiku dapat jabatan lagi jadi Komandan.
Yang kali ini, ada beberapa ibu juga dalam satu cabang menjadi ketua rating.
pertemuan dengan ibu-ibu yang suami mereka senior dari suamiku, berkesan "welcome".
Tapi ada pertanyaan seragam yang mereka ajukan: "kerja ya dek/mba?"
aku jawab iya. dimana? dibandung.
satu, dua, tiga oarang mulai perlahan berbincang.
"kalo udah jadi istri komandan, mestinya resign dari kerja?"
"kenapa ya , Mba?" tanyaku.
"karena harus mendampingi suami. Palagi kalo suami jadi pati dan menjabat."
hmmm...Ooooh gitu ya. *bingung.com*
selidik punya selidik, ,,, kemudian aku pahami latar belakang munculnya pertanyaan seperti ini.
sebenarnya, istri seniorku ini semua berpendidikan rata-rata sarjana.
Mereka dulu diawalnya juga bekerja kantoran seperti aku.
Ada beberapa yang berhenti kerja dengan bermacam alasan karena disuruh suami atau keinginan sendiri karena ingin dekat dengan anak.
Tapi kemudian, saat dihadapkan pada situasi suami hanya akan menerima gaji pokok tanpa jabatan dan mesti sekolah, hal yang pertama jadi persoalan yaitu keuangan. akhirnya kembalilah istri ini bekerja.

Ada lagi contoh, istri disuruh berhenti kerja untuk mendampingi suami bertugas. istri ini jadi aktif di organisasi. Ketika suami darinya menyarankan aku untuk berhenti kerja, istrinya menjawab "JANGAN, dek.tiap masalah pasti ada solusinya tanpa harus berhenti kerja."
"kenapa?" karena menurut istri ini, di saat dia sudah berhenti kerja dan suami dinas keluar kota, ada rasa sepi dan hilang yang menghinggap. Istri ini rindu dengan aktifitas kantornya yang dulu.

Benar ya hidup itu ibarat roda yang berputar, terkadang posisi kita diatas, tapi terkadang juga dibawah.
Saat gadis, orangtua bersusah payah membekali perawan untuk sekolah dan akhirnya berkarir,...
namun pada saat menikah, melanjutkan karir atau tidak adalah kesepakatan suami dan istri.
Kalo aku pribadi...berprinsip begini:
orangtuaku bukan konglomerat.
orangtuaku bersusah payah menyekolahkan aku sampai jenjang tertinggi melebihi jenjang pendidikan mereka.
aku percaya bahwa posisiku sebagai anak adalah meneruskan cita-cita orangtua.
Ibuku dosen dan dokter. Ayahku perwira Marinir.
aku berniat meneruskan "sejarah" keluarga yang dari jaman nenek moyang sudah menjadi guru/kepala sekolah. alhamdulillah aku bisa jadi PNS dosen tanpa KKN (semoga anakku ada juga yang jadi dosen). Daaan aku bisa melihat ayahku tersenyum bangga karena aku berhasil masuk di PTN yang dulu dicita-citakan ayah sebelum akhirnya ayah masuk akabri.
Untuk meneruskan ketentaraan,...aku memang niat jodohku tentara.
Semua dikabulkan Allah SWT.
Untuk adikku yang saat ini dokter spesialis anastesi,...semoga segera didekatkan jodoh yaaaa.
Dengan alasan inilah aku mengajukan syarat ke suami sebelum menikah bahwa jika dia menginginkan aku sebagai istrinya, suamiku harus siap dengan posisi memiliki istri yang bekerja. artinya, aku tidak bisa dituntut untuk aktif berorganisasi atau mendampingi suami di saat tugas.
*DEAL*

Hidup itu pilihan...
Mau jadi wanita bekerja dan berkarir, silahkan...
Mau jadi Ibu rumah tangga saja dirumah mengurus anak, silahkan...
Mau jadi wanita karir tapi tetap memberikan ASI eksklusif, mengurus rumah tangga seperti memasak, nyuci, setrika, ganti galon mineral di dispenser, memasang tabung gas, menyetir cibubur-bandung... semuanya sendiri, silahkan...
Yang penting niatannya apa dan sudah sepakat dengan suami.
Tapi perlu diingat, kita ini manusia yang punya keterbatasan dan keinginan.
Hidup di dunia tidak gratis. Segalanya butuh uang.
Kalo suami bisa memenuhi keuangan tanpa dia mengeluh ini-itu, bersyukurlah jadi istrinya...
Tapi kalo melihat suami sudah mulai pusing hanya dapat gaji seadanya, mulailah berpikir untuk membantu suami dari segi keuangan.
Banyak kok alternatif mencari uang tanpa kehilangan waktu bersama anak dan keluarga.
Berbisinis dirumah seperti membuka salon/butik hasilnya lumayan besar.
Berbisnis online di rumah dengan ORIFLAME hasilnya juga lumayan.
Kita sebagai wanita, istri, dan ibu...diberi tenaga super oleh pencipta.
Coba bayangkan seorang wanita mengandung selama 9 bulan.
setelah melahirkan mesti bangun tiap 2 jam untuk memberi ASI/susu botol ke ananda tersayang, mengganti pokok, belum lagi mengurus suami dan rumah tangga.
Super woman banget kan kita. Bangga menjadi wanita!!!
Cobalah tanyakan berapa banyak suami yang sanggup dititipkan anak kandung 1x24jam di saat istri/bunda ingin memanjakan diri ke salon?...suamiku gak sanggup!...hihihi.
Untuk para suami...sayangi istrimu ya.

1 komentar: